
Universitas Muhammadiyah Jakarta (UMJ) mengadakan Sharing Session Perpajakan di Aula Fakultas Kesehatan Masyarakat (FKM), Rabu (12/02/2025). Kegiatan yang membahas tentang Perpajakan di Perguruan tinggi ini, mengangkat tema Akutansi Holistik Indonesia.
Baca juga: Tendik UMJ Resmi Tandatangani Kontrak Indikator Kinerja Individu
Kegiatan ini menghadirkan Prof. Dr. Suryo Pratolo, SE., MSi., Ak., CA., AAP-A sebagai narasumber utama. Suryo menjabat sebagai Ketua Tim Pengembangan Sistem Keuangan Perguruan Tinggi Muhammadiyah sekaligus Guru Besar Akutansi Universitas Muhammadiyah Yogyakarta (UMY).
Ia menjelaskan bahwa kesehatan organisasi, termasuk perguruan tinggi, dapat diukur dengan tujuh indikator yang dikenal dengan 7S, yaitu: Struktur, Strategi, Sistem, Staff, Skill, Style, dan Shared Values. Ia menekankan bahwa “darah” perguruan tinggi adalah keuangan.
“Jika keuangan perguruan tinggi sehat, maka aspek akademik, kemahasiswaan, dan lainnya juga akan berkembang dengan baik,” ujarnya.
Pembelanjaan perguruan tinggi hanya dibagi menjadi tiga kategori utama, yaitu: belanja pegawai, belanja barang, dan belanja jasa. Salah satu ciri tata kelola universitas yang baik adalah transparansi, akuntabilitas, dan tidak adanya masalah perpajakan.
Wakil Rektor II UMJ, Prof. Dr. Ir. Mutmainah, MM, menyampaikan bahwa kedatangan Suryo menjadi kebanggaan tersendiri bagi UMJ. Saat ini, di usia UMJ yang sudah mencapai 70 tahun, baru memiliki NPWP badan perguruan tinggi. Konsekuensi dari adanya NPWP badan ini adalah perlunya pemahaman perpajakan untuk semua unit di UMJ.